Alasan Bilderberg Group ingin keberadaannya dirahasiakan, sebab yang mereka lakukan adalah perbuatan jahat. Kejahatan adalah perbuatan dalam kegelapan. Kalau (yang mereka lakukan itu) hal baik, (mestinya) dilakukannya terang-terangan,’’ -Jim Tucker, “Endgame”
Kebanyakan orang sulit mempercayai ini: Kedaulatan, eksistensi, nasib dan masa depan suatu Negara-Bangsa, ternyata ditentukan oleh cuma segelintir orang yang tergabung dalam Bilderberg Group. Bahkan, walau agenda acaranya dicurigai beraroma konspiratif dan dilabeli the Conference of Global Power Broker, banyak yang menyangsikan di antara rekomendasi pertemuan klub Elit itu, adalah terkait penentuan siapa pemegang tampuk Kepresidenan RI 2014. Wallahualam.
Yang jelas, dalam pertemuan mereka ke-62, yang akan dilangsungkan di Kopenhagen, Denmark, mulai 30 Mei 2014 nanti, kelompok Elit ini disebut-sebut akan mengambil sejumlah keputusan berskala Global. Di antaranya, menentukan siapa yang boleh menang Pemilu di Negara mana dan kapan waktunya. Negara mana yang politiknya akan di-destabilisasi. Bangsa atau masyarakat mana yang populasinya perlu dikontrol –melalui ‘pengaturan’ bencana, wabah, kelaparan, rekayasa krisis atau konflik berlarut-larut. Kapan dan dimana penyakit tertentu harus dijangkitkan –termasuk mengontrol luasan area penyebarannya, jumlah penderitanya serta obat apa yang harus dipasarkan. Bahkan mereka juga mengendalikan berita, informasi dan pesan apa yang harus dikonsumsi publik, melalui Media atau medium milik mereka.
Nama Bilderberg Group, mungkin masih asing untuk sebagian orang. Silakan klik link ini, untuk meninjau bagaimana pandangan publik tentang keberadaan Bilderberg Group, serta sepak terjangnya selama ini. Sementara di tautan ini, diuraikan agenda dan tujuan Bilderberg Group, ke depan. Penelusuran investigatif wartawan senior Jim Tucker bertitel EndGame, serta wawancara Sutradara pemenang Oscar, Michael Moore tentang fenomena Shadow Goverment ini, juga layak disimak.
Anggota inti dari perkumpulan Bilderberg cuma berjumlah 80-an orang saja. Sangat terpilih dan eksklusif. Selain anggota inti, yang boleh ikut dalam pertemuan tahunan mereka, jumlahnya 40-an orang saja. Ini tamu-tamu undangan khusus.
Demi menjaga kerahasiaan substansi pembicaraan selema berlangsungnya pertemuan, masing-masing yang hadir tak boleh didampingi pengawal pribadi atau secret services. Membawa pasangan atau pacar pun dilarang.
Anggota Komite dari Bilderberg Group adalah kepala Negara dan atau Kepala-kepala Pemerintahan dari 18 negara di Eropa, Kanada dan Amerika Serikat. Kelompok Negara inti, popular diistilahkan the 5-Eyes: AS, Inggris, Australia, Selandia Baru dan Kanada.
Tapi selain mereka ada juga kalangan Politisi kondang dan pimpinan lembaga Internasional yang pengaruhnya powerful. Beberapa CEO, dan Bankir. Tokoh bisnis dari korporasi dan industri yang vital mempengaruhi hajat hidup umat sejagat. Kalangan Akademisi dan ilmuwan. Serta sejumlah celebrity kondang sedunia.
Sejumlah petinggi Media yang dikenal sebagai filantropis, juga tercatat rutin hadir, sebagai anggota inti di hajatan tahunan tersebut. Termasuk di antaranya, adalah Bill Gates (Microsoft), Jeff Bezos (Amazon dan pemilik baru Washington Post) serta Eric Emerson Schmidt (Google).
Konon bukan kebetulan, ‘pertemuan yang sangat tertutup’ ini – disebut begitu karena wartawan tak dibolehkan masuk meliput ke tempat pertemuan– diadakan di penghujung bulan Mei 2014. Hal tersebut, ternyata terkait skedul pertemuan rutin Google Zeitgeist (bermakna: Google Spirit of the Time), yang diadakan beberapa waktu sebelumnya.
Boleh dibilang, Bilderberg Meeting ini semacam pertemuan lanjutan. Membahas isu dan agenda yang sebelumnya sudah dirumuskan dan dianalisis di ajang Google Zeitgist. Selanjutnya, rekomendasi pertemuan, akan menjadi arah kebijakan sidang-sidang antar-negara. Termasuk forum G-7, G-20, KTT Davos dan seterusnya. Pun menjadi panduan dasar keputusan AFTA, AEC, WTO, IMF, Bank Dunia hingga Sidang-sidang Badan PBB. Serta menjadi dasar arah kebijakan yang diambil para Kepala-kepala Negara, dalam menyusun kebijakan atau perundang-undangan. Demi menyukseskan Demokrasi, Liberalisasi dan Keterbukaan Pasar.
Dengan memanfaatkan euforia Global terkait isu ‘keterbukaan’, ‘demokrasi’ dan ‘transparansi’ informasi, ke depan, Google serta beberapa perusahaan IT dan Teknologi di slide presentasi ini diperkirakan akan berperan semakin stratejik. Perannya bahkan bakal sangat menentukan. Baik pada tahap menjelang, maupun paska implementasi, dari arah kebijakan yang diputuskan dalam pertemuan tersebut.
Faktanya, seperti yang kerap dikatakan Schmidt, berkat Google (dan Internet), cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi kini telah sangat berubah. Cara belajar-mengajar dalam dunia pendidikan, juga terpengaruh. Bahkan cara bisnis dijalankan, kini tak sama seperti dulu lagi. Begitu pula karakter media serta status hak penguasaan dan pengelolaan. Pun aspek ownership, dan intellectual property right.
Maklum saja, daya pengaruh dan ketergantungan manusia sejagat, terhadap Google (dan Internet), memang luarbiasa akut. Sehingga, karena menjadi default platform untuk berdialog dan berkomunikasi, dimana pun, kapan pun, oleh siapa pun, maka istilahnya, tak ada yang via Internet tak bisa diketahui, disadap, direkam, dan dilacak oleh sang Big Brother. Termasuk minat, hasrat, kepentingan, orientasi pilihan bahkan isi fikiran manusia sejagat sekalipun.
Implementasi konsep smart cities di berbagai Negara Maju, yang memungkinkan suatu sistem jaringan pintar mampu melakukan observasi dan pemantauan atas semua aspek kehidupan –termasuk memantau perilaku kelompok (crowds behavior)— pun, adalah bagian dari cita-cita shaping the global future ini.
Selain sebagai tokoh kunci di Google, pengaruh Eric Schmidt di latar politik dan pemerintahan pun luarbiasa. Dia adalah anggota U.S. President’s Council of Advisors on Science and Technology. Juga mengepalai New America Foundation. Bahkan Schmidt juga punya pengaruh kuat hingga di luar Amerika. Pemerintah Inggris misalnya, rutin bertemu demi membahas ‘rekomendasi’-nya. Bahkan di Rusia, ia tercatat sebagai salah satu board of directors of Skolkovo Institute of Science and Technology. Makanya masuk akal, jika Schmidt dengan Google-nya, dianggap berperan penting, dalam menentukan nasib Dunia, dan kemanusiaan, ke depan.
Untuk diketahui, ujung dari seluruh agenda pertemuan tahunan Bilderberg Group, adalah the total restructuring of human consciousness. Bahkan changing the essence of humans. Caranya, antara lain dengan makin menguatkan pengaruh World Central Bank: Menuju kebijakan kendali tunggal, atas sistem mata uang di seluruh dunia. Juga pewujudan One World Government: Pemerintahan tunggal yang menguasai dan atau mengendalikan semua resources se-dunia. Pun Centralized Control of World Populations: Kuasa ‘pengelola’ kerusuhan. Rekayasa krisis domestik. Pemicu perang saudara. Atau penjangkit wabah penyakit mematikan bersifat massal, di berbagai negara.
Kelompok ini bahkan sudah mendesain konsep kehidupan Manusia masa depan. Dengan segala kemampuan, pengetahuan dan kekuatan sumber daya yang mereka kuasai. Untuk mengalahkan dan menguasai Alam. Bahkan, bertindak menandingi kekuasaan Tuhan. Gambaran masa depan kehidupan Manusia pada tahun 2045, misalnya tergambar di video bertitel “A New Era for Humanity” ini.
Terkait topik Bilderberg Group Meeting, berikut adalah rekap sederhana beberapa topik yang ramai diperdebatkan kalangan analis, jelang pertemuan yang akan dilangsungkan akhir Mei 2014 ini. Diurai juga, bagaimana potensi dampaknya di bidang dan aspek kehidupan manusia, ke depan:
Menyangkut Bidang Kesehatan, Farmasi dan Medis: Ini terkait dengan tren wabah/pandemik yang masih, sedang dan akan terjadi ke depan. Harap diingat, beberapa tokoh yang mewakili industri farmasi, adalah anggota aktif Bilderberg Group –yang berkepentingan memastikan agar ke depan, produk dan brand buatannya, sebanyak-banyaknya bisa terserap pasar. Karena, seperti halnya logika bisnis dan perdagangan umumnya, industri medis, farmasi dan alat kesehatan, pun juga mengacu pada logika supply-demand.
Semakin ‘permintaan’ bisa dikondisikan, tentu pasokan obat, bahan farmasi dan pendukung kesehatan, makin banyak bisa ‘disalurkan’ bukan?. Bagaimana pun, tak ada satu pun manusia di jagat ini yang mau sakit, bukan?
Pengaruhnya di Bisnis Makanan-Minuman: Tak ada manusia yang tak butuh makanan dan minuman sepanjang hayatnya. Maka para pemilik brand makanan-minuman Global yang menjadi anggota Bilderberg Group, peran kendalinya stratejik. Diistilahkan, dengan bisa mengontrol pasokan makanan-minuman, otomatis mereka sepenuhnya mengendalikan umat manusia.
Kalau tadinya urusan ini, diidentikkan dengan aspek Sosial dan Kemanusiaan, kini dan ke depan, industri penyedia makanan-minuman –termasuk restoran cepat saji dan pasar swalayan (silakan klik ilustrasi ini untuk mendapat persepektifnya) — kian berperan sebagai alat bargaining. Baik secara Politik, Ekonomi maupun Sosial. Bahkan menjadi metoda soft-power yang sistematik dan terstruktur. Untuk menciptakan efek ketergantungan konsumen. Pun menjadi ‘senjata rahasia’ untuk merekayasa kontinuitas ‘need’, ‘want’, bahkan ‘expectation’ target konsumen.
Di bidang pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Alam: untrust, konflik, isu ketidak-merataan keadilan dan kesejahteraan, adalah pemicu huru-hara, kerusuhan yang bisa diandalkan. Bahkan menjadi faktor perekayasa perang saudara berkepanjangan. Nahasnya, sumber daya manusia dan keuangan, sifatnya terbatas. Begitu pun pasokan senjata dan amunisi, dan atau piranti dan teknologi pendukungnya. Sehingga, demi ‘membiayai’ keunggulan dalam konflik bersifat jangka panjang, semua aspek tadi kemudian digunakan sebagai alat tawar dan sarana perdagangan. Ilustrasi ini secara dramatis menggambarkannya.
Yang tak kalah penting adalah praktik Globalisasi kemiskinan. Serta penyesatan makna Kampanye Global Perang Anti-Terorisme. Ini memberi jalan bagi korporasi raksasa trans-nasional, bisa menguasai atau memonopoli hak pengelolaan. Bahkan merampas sumber daya yang berlimpah, milik bangsa atau Negara lain. Sekaligus menindas dan memperbudak masyarakatnya. Dengan cara yang mudah dan (biasanya) berbeaya sangat murah. Yang digambarkan dalam film Blood Diamond, mungkin bisa memberi perspektif.
Dampak secara Politik: Bill Clinton, bukan tokoh yang dikenal publik secara luas. Itu terjadi sampai tahun 1991, ketika dia diketahui hadir dalam pertemuan Bilderberg Group. Setahun kemudian, seluruh dunia mengenalnya sebagai Presiden AS. Begitu pun prosedur yang mengantarkan Joe Biden dan Tony Blair, sebelum akhirnya masing-masing menjabat sebagai Wakil Presiden AS dan Perdana Menteri Inggris. Setelah hadir di pertemuan klub super-rahasia ini, baru mereka memegang tampuk kekuasaan.
Sebagai Global Power Broker, kelompok ini juga diyakini punya pengaruh melintasi batas wilayah Bangsa-Negara. Adanya relasi antara tokoh-tokoh Bilderberg terhadap peran dan pengaruh Google, Twitter, Facebook dalam berbagai insiden politik transnasional (termasuk fenomena Arab Spring di Mesir, Tunisia, Irak, Libya, Suriah dan yang terbaru di Kuba dan Ukraina) misalnya, toh tak coba mereka tutup-tutupi. Dalam berbagai reportase media Global, itu bahkan dikomentari sebagai hal yang membanggakan. Tak heran, banyak spekulasi beredar, mengaitkan pertemuan Bilderberg akhir Mei ini, dengan hasil Pileg dan prediksi Pilpres 2014.
Benarkah ada relasi kausal antara kehadiran dan lobi-lobi sejumlah tokoh terhadap pemegang tampuk Kepresidenan Indonesia mendatang? Apa betul memang ada fakta hubungan sebab-akibat? Atau ini cuma faktor kebetulan saja? Waktu akan membuktikan.
Terkait aspek sosial kemasyarakatan dan perkembangan Agama: Ketika segala peristiwa dan arah perkembangan Global diagendakan, dirancang, dan dipicu oleh segelintir manusia, secara paradoks, keberadaan dan sifat-sifat religi Ketuhanan seakan makin mereka ingkari. Seakan tak diberi tempat lagi.
Seperti diketahui, tujuan akhir Grand Design kelompok Bilderberg Group, antara lain, memang menihilkan ‘Agama Langit’. Disubstitusi oleh ideologi baru. Berupa keimanan Artifisial. Yang berbasis ilmu pengetahuan, kecanggihan teknologi dan kepentingan stratejik kelompok ini.
Demi supaya keimanan artifisial ini bisa diterima tanpa ada resistensi, diam-diam, tanpa banyak yang sadar, dirancang suasana yang kondusif agar terjadi shifting, disruption, dan transformasi ‘Agama Langit’ berskala Global. Eric Schmidt menyebut konsep ini sebagai keimanan Transhumanism di era post-human.
Kebetulan, pada 10 Mei 2014 lalu, di Kota Piedmont, California, berlangsung konferensi yang membahas hubungan antara transhumanism dengan keberadaan Agama. Link ini merefleksikan persepsi mereka atas hal tersebut. Paparan lain dari sumber berbeda tentang hubungan Agama dan Transhumanism dipaparkan di sini. Sementara ulasan tentang kekuatan Superhuman Powers, yang mereka yakini menjadikan Manusia bisa berperan dan seberkuasa layaknya Tuhan, link-nya di sini
Supaya resistensi bisa dinihilkan, di era tersebut, ‘Kelas Menengah’ dibuat tak ada lagi. Dalam struktur hierarki sosial post humanism kelak, cuma dikenal ada dua kelas masyarakat saja: Kelas ‘Penguasa’ dan kaum ‘Pelayan’. Status sosial masyarakatnya, dibuat sedemikian rupa tak berdaya. Diistilahkan ‘zero-growth society’. Yakni kondisi zonder kesejahteraan, dan tanpa kemakmuran. Perekonomian hanya berpihak kepada yang ‘berkuasa’. Praktik penghisapan segala sumberdaya, merajalela. Sehingga kaum minoritas yang kaya raya semakin super-kaya. Menindas lainnya, yang jumlahnya mayoritas. Yang eksistensinya dimarginalisasi dan daya ekonominya dimiskinkan.
Tentang ‘Kekuatan Pengaruh’ New Media dan Mass Media: Ini tentang aspek kendali fikiran , manipulasi, penyesatan informasi, indoktrinasi serta kontrol kelompok sosial (via penyadapan, dan penyesatan informasi di jejaring Media Sosial). Serupa konsep Ministry of Truth yang pernah diusulkan di era pemerintahan Presiden AS Bill Clinton. Tapi yang ini, pengaruhnya bahkan sampai kemana-mana. Menjangkau hingga antarbangsa dan lintas-negara.
Praktik pengontrolan media, meliputi pembentukan isu, pemilihan topik atau agenda pemberitaan Media –baik Koran, TV, Radio, Film bahkan Internet/SocMed. Pun pola, cara, dan arah kebijakan pemberitaan. Hingga pengendalian logika dan pemahaman audiens.
Semua itu berdampak kepada kestabilan pasar. Pun mempengaruhi perkembangan/keterpurukan ekonomi skala sektoral, Nasional maupun Global. Bahkan menjadi modus pemicu pemberontakan, huru-hara, dan kerusuhan sosial-politik.
Ujung dari semua operasi penyesatan dan pendiskreditan ini, adalah pelengseran Pemerintahan, yang dianggap tak sejalan dengan agenda kelompok ini.
Link berikut adalah contoh bagaimana praktik kontrol atas media dan ragam pemberitaan, yang dilakukan di tengah kecamuk konflik di Ukraina.
Henry Kissinger, mantan Menlu AS di era Presiden Nixon dan anggota inti Bilderberg, pernah bilang, bahwa terkait ‘Kebenaran’ dalam praktik kontrol media, yang penting bukan tentang aspek ‘benar’-nya. Tapi tentang apa yang oleh audiens ‘dianggap benar’. Plot di film Green Zone, menggambarkan ini dengan cerdas. Dengan memasukkan keyword ‘MK Ultra’, di Youtube banyak tersedia perspektif informasi tentang topik ini.
Pembaca yang terhormat, silakan semua link, tautan dan atau akses di atas dipelajari, disimak dan disimpulkan sendiri oleh masing-masing pribadi. Itu semua sekadar dianggap teori konspirasi berbasis imajinasi? Monggo. Atau dipersepsi sebagai teori sistem yang dasar bukti ilmiahnya rigid karena terukur dan bisa ditelusuri? Sok atuh. Memilih menyangsikan semua fakta? Atau justru malah mulai percaya? Silakan bebas memutuskannya.
Semua terpulang pada masing-masing dari kita. Bagaimana pun, di antara yang sedang dilanda euphoria, perlu ada yang tetap berupaya melawan lupa. Dengan cara beriktikad memiliki naluri skeptis. Terus bernyali menguji dan memverifikasi. Atas hal-hal yang selama ini sudah terlanjur dianggap sebagai Fakta atau Kebenaran Nyata.
Yang lebih utama dari itu semua, waspadalah. Waspadalah. \krismoerwanto
Sumber ilustrasi: http://bit.ly/1vcQZDb, http://bit.ly/1sySKGK
Tinggalkan komentar